¹ Ensiklopedia

Adalah satu waktu dimana Wonwoo mencari buku ensiklopedia miliknya, yang ini sudah hari ke-3 ia belum menemukannya. Ia harus membuat catatan kaki di jurnalnya. Berakhir ia mendekam di perpustakaan kampus sepanjang hari yang seharusnya ia habiskan untuk memanjakan console game miliknya.

Setumpuk dengan lima buku tebal menutupi pandangannya. Jemarinya mengapit tabung kecil berisi tinta, untuknya sedikit demi sedikit menumpahkan isi melalui ujung runcingnya dengan seksama. Perkalimatnya ia susun pelan-pelan, kutipan dari buku, internet, juga otaknya bekerja sama menyusun paragraf dengan baik. Hingga ia terdistraksi pada satu suara di hadapannya.

“Kurasa ini milikmu, Wonwoo-ssi.”

Tinggi menjulang di hadapannya, Wonwoo mendongak demi menatapnya. Menghentikan gerak laju jemari yang menari di atas kertas putih yang sedari tadi menemaninya. Yang di hadapannya menunjukkan senyum lebar, lebar sekali, Wonwoo takut bibirnya akan sobek. Tatapannya turun pada buku di genggaman lelaki yang menghampirinya.

Wonwoo mengerjab, “ ensiklopedia milikku!”

Pupilnya melebar, teriakan tertahannya bersamaan dengan laju tangannya mengambil buku tebal dari lelaki yang masih saja menyunggingkan senyum, namun tak berhasil. Wonwoo menarik kembali tangannya.

Lelaki itu menyeret kursi di seberang Wonwoo, mendudukkan diri di atasnya, meletakkan ensiklopedia, dan menyingkirkan tumpukan buku yang menghalangi pandangannya. Wonwoo menukikkan alisnya heran.

“Terima kasih.” Tak ambil pusing, Wonwoo melanjutkan kegiatannya yang sempat terhenti, tetapi lelaki di hadapannya sama sekali tak membiarkannya.

“Tidak mau bertanya dari mana aku menemukannya?”

“Untuk?” Lagi-lagi kegiatan meliukkan jemari berhias ballpoint di atas kertas putih Wonwoo, berhenti, beralih menatap lelaki yang kini sejajar di hadapannya untuk sejenak memberikan afeksi.

“Terima kasih, kau boleh pergi.” Wonwoo kembali bergenggaman dengan alat tulisnya.

Lelaki itu mengedik, mengambil ponsel Wonwoo yang kebetulan tidak terkunci, menampilkan musik instrumen yang sedang diputar oleh sang pemilik. Wonwoo refleks merebut, namun kalah cepat dengan genggaman tangan kiri dari lelaki di hadapannya.

“Sebentar.”

Jemarinya lincah menari di atas ponsel Wonwoo dan berujar, “jangan hapus atau blokir nomorku, kau berhutang padaku, Wonwoo-ssi.”

Lancang sekali.

Lelaki itu melenggang pergi, setelah sebelumnya berbisik tepat di lima senti depan wajah rupawan Wonwoo,

“Lee Jinhyuk.”

Dengan tambahan kekurangajaran tangannya mengusak pucuk kepala Wonwoo.

Wonwoo bergeming, memilih acuh, kemudian kembali berkutat pada kegiatannya semula, mengabaikan sedikit kupu-kupu yang terbang di perutnya.

.

Wonwoo hanya belum tahu, jika ini adalah awal dari semua hal yang ia jalani kedepannya dengan si lelaki senyum matahari.

.

©wawa2019