Chamber 5
Our First Conversation
Part of Chamber 5
Sunghoon as Lintang Temurun Enjang Heeseung as Laranja Hanggara
Netranya mengerjab perlahan, menyesuaikan dengan cahaya di sekitarnya.
Seingatnya, ia sedang menyusun beberapa puzzle yang ada di kamar inapnya.
Namun kini semuanya berbeda.
Ia seperti ada di greenhouse lengkap dengan seluruh tanaman dalam pandangnya. Lintang menghela napas, sadar bahwa ia kembali di dalam mimpinya sendiri.
Ia memilih pasrah. Berjalan pelan dari tempatnya berdiri.
Proyeksi maniknya, hijau. Dedaunan yang bergerak halus seiring angin meliukkan dan bunga-bunga yang mengintip kecil di sela-selanya.
“Hai.”
Dan Lintang terlonjak.
Ia diam, terpaku.
Ada seseorang. Lelaki. Memakai kaus hitam pas badan, tersenyum teduh.
“Hai,” ulangnya lebih lembut.
“Kau berbicara padaku?” tunjuk Lintang pada dirinya sendiri.
“Yea, no one's here, except us.”
Dan Lintang semakin mengerjab.
“Bingung ya?”
Lintang mengangguk.
“Ada meja kecil dan kursi di luar greenhouse ini, mau mengobrol?”
Lintang kembali mengangguk, mengikuti langkah lelaki yang kini bisa dengan jelas ia lihat rupa-nya.
Maniknya yang teduh, dihiasi alis tebal menaungi, hidungnya yang terpatri apik, bibirnya yang akan tertarik berlawanan arah, memperlihatkan gigi yang berbaris rapi, disempurnakan dengan garis rahang yang begitu tegas. Tampan sekali.
Lintang mengedikkan bahu, menggelengkan kepala untuk menyadarkan dirinya sendiri.
Jalan kecil yang ia tapaki semakin meluas menuju pintu keluar greenhouse.
Ada pondok mungil di samping kanan dan kolam ikan di bagian kiri.
Tungkai mereka berjalan searah, menuju meja kayu, kursi yang senada, dilengkapi dengan naungan payung lebar berwarna abu.
Lintang mendudukkan diri, ia hela napas untuk kemudian menatap yang lain. Yang kini duduk di seberangnya.
“Mau mulai dari mana?”
“Apanya?” Lintang tak henti mengerutkan kening.
“Tentang mimpi. Sadar kan ini mimpi?”
“Ya. Kenapa kita bisa di sini?”
Lelaki di hadapannya mengedik, “entah, namun ini seperti kotak memoriku dulu. Ingat mimpi pertamamu tentangku?”
“Mendaki?”
“Ya, dulu aku pernah mendaki, di tempat yang sama di mimpi kita yang pertama. Bedanya, saat itu aku bersama teman-temanku, dan kemarin, di kotak memoriku aku bersamamu. Maaf membuat sikumu terluka.”
“Tidak. Terima kasih menolongku.”
“Kau tau tidak akan meninggal di dalam mimpi kan?”
“Aku pesimis tentang itu.”
Dan lelaki itu terkekeh, membuat Lintang sejenak terpesona.
“Kau lucu.” masih dengan tawa kecilnya yang membuat Lintang menahan napas.
“Aku tidak.”
“Kalau begitu, aku minta maaf membuatmu lelah mendaki.”
“Sudah seharusnya!”
Dan kini benar-benar tertawa, “lihat, lucu sekali!” tangannya terulur mendekati Lintang, menyerahkan satu strip plester luka.
“Untuk apa?”
“Tidak ada, hanya ingin memberimu plester. Pengingat, mungkin...?”
Dan Lintang mengambilnya.
“Mimpi yang kedua, ingat tidak?”
“Aku tertidur di kebun strawberry dan aku mendapat jelly.”
Lelaki itu mengangguk, “you like it? The jelly.”
“Kau benar-benar memberiku jelly?”
“Hm... Why?“
“Aneh saja. Kenapa juga aku harus tertidur di kebun strawberry?”
“Karena saat itu aku sedang tidur siang.”
“Hah?”
“Jadi setiap aku ketiduran karena kau tidur?!?”
“Tidak juga.”
“Lalu?”
“Di mimpi yang semalam, aku yang ketiduran. Mungkin saat itu kau lelah? Jadi bergantian.”
Lintang terdiam beberapa saat.
“Aku juga tidak memiliki clue tentang apa yang terjadi, tetapi yang aku tahu, mungkin memang kita ditakdirkan bertemu lewat mimpi.”
“Mau mencari tahu sama-sama?”
Lelaki itu mengangguk, “ya.”
“Anyway, aku boleh tahu namamu? Atau tidak?”
Lelaki itu mengangguk, mengulurkan tangan, “Renja, kau bisa memanggilku Renja.”
Lintang tersenyum, “nama kita hampir sama, tapi kau bisa memanggilku Lintang.”
“Well, mungkin salah satu kata namamu, ya? Baiklah, Lintang, nice to meet you.”
.
.
.
Dan lingkupan aroma cendana menghilang dari indra penciumannya. Berganti dengan pewangi ruangan yang tadi ia pasang di kamar inapnya.
Lintang membenahi selimut, kemudian memejamkan mata, “nice to meet you too, Renja.” jemarinya bermain dengan satu strip plester luka, membiarkan membawanya kembali dalam tidurnya yang kini tanpa bunga.
.
.
.
@coffielicious