Chamber 5

Persimpangan


Part of Chamber 5 AU.

Lee Heeseung as Laranja Hanggara

Laranja's point of view


Tidak ada apapun, hanya abu-abu.

Renja berdiri begitu lama, ia tengok kanan kiri hanya menemukan kabut tebal menyelimutinya. Jarak pandangnya pendek, ia tak berani melangkah.

Ia bingung bangun dalam keadaan seperti ini. Seingatnya ia mengendarai motor dan menghindari anak kecil menyebrang, membuatnya terpental jauh, kepalanya terantuk entah apa, yang membuatnya tak sadarkan diri.

Ia raba sisi kepalanya, tidak ada. Tidak ada luka sobek dan tetesan darah.

Ia amati tubuhnya sendiri, semuanya, masih sempurna.

Ia bolak-balikkan tangannya, tidak ada goresan ranting, tidak ada kemerahan, hanya pucat.

Netranya refleks memejam ketika ada setitik cahaya tepat di depannya. Yang kemudian menyebar, menyinari sekitarnya.

Ia berada di persimpangan jalan.

Jembatan dan jalan lurus yang Renja kira, tak berujung.

Di tempatnya berdiri, Renja mengedarkan pandangan. Mengamati apapun yang mampu ia titik beratkan di maniknya.

Tertambat pada jembatan, yang di bawahnya terdapat sungai jernih, airnya beralur pada air terjun tak jauh dari mengalirnya.

Jembatan itu luas, mungkin 4 truk bisa berjalan bersisian di sana. Sisi jembatan itu dibatasi dengan tembok setinggi pundaknya, yang di sana juga terdapat mural dinding, bagus dan rapi. Menyentuh seni dengan mumpuni.

Renja hampir melangkah, namun di sisi lain, ada jalan lurus, yang ini lebih sempit, mungkin hanya 2 mobil kecil yang bisa berpapasan.

Jalan itu lembab, seperti tidak berujung, namun membuatnya menelisik rasa penasarannya.

Renja memilih untuk tidak melangkah. Ia duduk, mengemper di persimpangan.

Ada satu bunga liar kecil ia temukan. Ia ambil untuk kemudian ia gunakan untuk memilih.

Bridge. or Straight Way.

Dan kelopak terakhir memintanya menuju jembatan.

Renja berdiri, menghela napasnya kemudian. Tak lupa ia tepuk-tepuk celana belakangnya, mengilangkan sedikit debu.

Perlahan, tungkainya melangkah ringan menuju jembatan.

It's my way?” berbicara pada dirinya sendiri. Ada ragu, namun ia tepis.

Satu jangkah dan ia hampir menapaki penghubung jalan.

Namun tidak.

Ia berbalik, pada satu ujung jalan yang tanpa muara.

.

.

@coffielicious