Corobikan ─

Seungyoun memapah Seungwoo yang lemas, ia baru saja muntah pagi ini. Morning sick katanya.

Tapi, morning sick, what? Padahal Seungyoun yang mengandung. Kalau kata Jinhyuk sih, itu tandanya Seungwoo terlalu mencintainya.

Seungyoun hanya menggeleng jenaka.

Yang Seungyoun tidak habis pikir, Seungwoo menjadi lebih manja, menjadi sangat manja. Seungyoun pening.

Di weekend mereka, biasanya berjalan-jalan ke taman. Kali ini mereka habiskan di rumah dengan Seungyoun yang diinvasi Seungwoo sepenuhnya. Menggelendot ke manapun Seungyoun beranjak.

.

Ini masih trimester pertama, dan Seungwoo bahkan lebih sering bekerja di rumah karena muntah-muntahnya yang ternyata tidak cuma pagi hari.

Ada pula satu hari, Seungwoo ingin sekali makan corobikan.

“Dek, Mas mau corobikan deh.”

“Mas, padahal biasanya ga suka,” Seungyoun memotong buah naga untuk ia cemil. Ia beri satu tusuk untuk Seungwoo.

“Ga tau ih Dek, Mas pengen banget soalnya. Yang di depan toko laris itu.”

“Mas, jauh banget. Harus hari ini?”

“Ya ga harus sih, cuman pengen banget.”

Seungyoun perlahan memaklumi keadaan Seungwoo.

Seungyoun yang mengandung, tapi Seungwoo yang mengidam.

Sorenya, Seungwoo menyetirkan mobilnya ke kota. Mencari corobikan di depan toko laris.

“Hadu, maaf Den baru saja habis,” bapak penjual merasa tidak enak.

“Ya udah, Pak. Biar besok ke sini lagi aja. Lagi ngidam soalnya.”

“Oalah, ya besok biar saya stok buat njenengan kalo gitu. Maaf ya, Den.”

“Makasih, Pak. Mari~.”

Seungyoun menggandeng Seungwoo, “besok ke sini lagi aja ya?”

Seungwoo mengangguk, memilih berbelok untuk membeli sekotak susu.

.

Di trimester ke dua, Seungwoo mengidam buah. Tidak tanggung tanggung, buah alpukat. Yang padahal Seungwoo sangat tidak suka.

Seungyoun mengambil gelas jus alpukat ke 3 hari ini yang ada di depan Seungwoo.

“Makan nasi dulu, kamu dari pagi minum jus mulu, Mas.”

Seungwoo memeluk Seungyoun dari kursi makannya. Mengecup perutnya yang kian membuncit.

“Sayang, lagi pengen jus alpukat ya? Nanti lagi, okay? Papa makan nasi dulu.”

Seungyoun mengelus surai milik suaminya. Mengecup ubun-ubunnya kemudian.

.

Di trimester ke tiga, Seungwoo mulai susah tidur. Terkadang ia akan terlentang dengan kaki yang naik ke dinding. Terkadang tidur di sofa. Bahkan terkadang harus seperti orang bersujud.

Seungyoun berakhir membuatkannya susu setiap malam dan itu lumayan manjur untuk pola tidur Seungwoo.

Untuk makanan, Seungwoo sekarang hanya bisa makan kentang, atau karbohidrat lain. Selain nasi.

Untuk alpukat, Seungwoo sudah tidak mau lagi.

Tentang corobikan, Seungwoo menghabiskan 10 biji, sendirian. Wew, Seungyoun hanya mengelus belakang leher Seungwoo. Tidak habis pikir saja.

.

Seungwoo sedang menemani Seungyoun berolahraga pagi, hanya berjalan jalan.

“HPL nya kapan ya, Dek?”

“Bulan ini sih Mas, kayanya.”

Memilih mampir membeli bubur ayam untuk sarapan pagi mereka. Untunglah Seungwoo mau.

.

Seungyoun masih mengurusi tanamannya di teras rumah.

Ia sudah mengambil cuti sedari tiga hari yang lalu. Itu pun atas paksaan Seungwoo.

Seungyoun mendongak ketika deru mobil Seungwoo dalam pendengarannya.

“Lho, kok pulang, Mas?”

“Tas persiapan kelahiran kamu di mana, Dek?” Seungwoo berucap gusar.

“Di kamar, Mas,” Seungyoun meletakkan alat tanamannya bingung.

“Sini, kamu cuci tangan dulu, kita ke rumah sakit.”

Seungyoun menurut ketika suaminya menyeretnya untuk mencuci tangannya.

“Mau ngapain emang?”

“Ya, pokoknya ikut dulu.”

Setelah selesai bebersih, Seungwoo menyambar tas persiapan kelahiran. Membawa Seungyoun di kursi penumpang.

“Perut kamu sakit, ngga? Tadi ngapain aja? Udah makan, belum? Tadi sempet jalan jalan?”

“Mas, tanyanya satu-satu,” Seungyoun mengelus lengan atas Seungwoo.

“Perut aku baik-baik aja, udah makan, tadi abis jalan-jalan aku makan nasi sama buah anggur, abis itu main sama tanaman.”

Seungwoo mengangguk.

“Kita mau ngapain ke rumah sakit, Mas?”

“Kamu mau lahiran kayanya, Dek?”

“HAH?!”

.

Bayi mungil dalam gendongan Seungwoo masih terbungkus handuk dengan sempurna. Membawa si kecil dalam kecupnya.

“Terima kasih telah hadir ke dunia.”

.

.

©coffielicious