Dasik

.

Part of Kue Beras AU

.

.

.

Dentingan sendok dan gelas menjadi hal yang pertama didengar setelah Seungwoo memasuki unit milik Seungyoun. Ia di sana, berdiri dengan sebegitu indahnya, dengan kemeja putih bertali belakang, mempertontonkan kecantikan tattonya dengan kentara. Surainya yang mulai panjang ia biarkan tergerai halus melewati belakang telinganya. Seungwoo mengalihkan pandangannya ke bawah tubuh milik lelakinya. Tungkainya terpampang sempurna, menguji keimanannya tanpa cela.

“lho Kak, udah dari tadi?” Seungyoun berbalik dari kegiatannya.

Seungyoun berhasil mengambil atensinya. Seungwoo mengangkat bahunya yang bersandar pada tembok sekat antara dapur dan ruang depan.

“Ngga juga, ini baru lepas jas sama taro tas.”

Seungyoun mengangguk mengerti.

“Bikin apa?” Seungwoo mendekatinya perlahan.

“Bikin teh hangat, Kakak mau?” Membawa nampan di atas tangannya.

“Boleh… sama apa itu yang di piring kecil?” Seungwoo melewati Seungyoun, beralih pada wastafel untuk mencuci tangan.

“Dasik…”

“Kenapa dasik…?”

“Pengen aja, buat nemenin minum teh.” Seungyoun kembali membuat secangkir teh untuk Seungwoo.

Seungwoo mengangguk pelan, mengeringkan tangan dan kali ini menjejeri Seungyoun, “Esa mana?” Menyampirkan surai halus milik terkasihnya ke belakang telinga.

“Dipinjem bunda.” Seungyoun menoleh, tersenyum. Mencuri satu kecup pada pipi Seungwoo.

“Hei, apa itu?” Seungwoo mencubit hidung Seungyoun hingga memerah.

“Sakit, Kak. Astaga…” Sungutnya.

Kemudian Seungwoo bubuhkan cium kecil di ujung hidung bulatnya, “Esa nginep sama bunda?”

“Huum.” Mengangguk kemudian membawa nampan yang sudah terisi dua cangkir teh hangat dan sepiring kecil dasik keluar dari dapur menuju sofa depan televisi Seungwoo mengikutinya dengan patuh, sesekali tangannya usil menoel kaki Seungyoun yang hanya terbalut celana yang terlampau pendek, dibalas dengan cubitan di lengan Seungwoo.

“Iseng banget tangannya deh, Kak.” Mendudukkan diri di sofa dan bersiap menyalakan televisi.

“Lagian aneh banget tumben pake celana anak-anak begini. Jangan-jangan celana Esa kamu pake, Younnie.”

Refleks, Seungyoun memukul lengan atas Seungwoo main-main. “Yak! Mana mungkin!! Emang akunya aja yang suka pake celana pendek, Kak. Kalo ada Esa ntar paha aku dibuat mainan.”

“Sekel sih, pahamu ini, buletd.”

“Katain aja yaa, dasar Pak Tua.” Seungyoun mencubit rambut yang ada di depan telinga Seungwoo, berhadiah ringisan tanpa ampun. “Anyway… gimana hari ini?”

“Em… tadi ada Mama di kantor.” Seungwoo meletakkan cangkir teh nya hati-hati.

“Mama Cho?” Seungyoun menekuk kedua kakinya ke atas sofa.

“Iya, Mama Cho.” Seungwoo beringsut mendekatinya, menumpukan kepalanya pada tekukan tungkai Seungyoun, membiarkan salah satu pipinya tertekan dengkul telanjang milik lelaki di hadapannya, membuat wajah mereka beradu. Main-main, Seungwoo memajukan bibirnya dan mencuri satu dua kecup pada bibir peach yang terpampang tak jauh dari miliknya.

Seungyoun menangkup kepalanya, memberikan ciuman panjang, menyalurkan afeksinya.

“Apa kata mama?” Mengecup kening Seungwoo setelah melepaskan cipakan mereka.

“Ngga ada, kaya ngga kenal gitu sih… mungkin beliau banyak pertimbangan… tentangku… maksud Kakak… pertimbangan baik, Younnie.”

“Aku tahu.” Mengangkat kepala Seungwoo dari atas lututnya, meluruskan kaki, dan membiarkannya rebah tepat di atas pahanya, mengelus surai berantakannya, “Yang sabar… hm?”

“Selalu… itu belum sesuai sama harga yang harus aku bayar buat kamu… buat Esa, buat siapapun yang bantuin kamu selama aku ngga ada…” Mengambil tangan Seungyoun dari rambutnya, ia mainkan deriji mungilnya, mengecupnya kemudian.

“Masih ada banyaak waktu, Kak…”

“Maaf, Youn… buat semuanya.”

“Ssttt, udah yuk maafnya yuk…”

“Ngga cukup sekali dua kali, Younnie.”

“Dengan Kakak yang di sini, buat aku sama Esa… itu udah cukup.” Seungyoun tersenyum menenangkan.

“Tunggu aku sebentar lagi ya… buat meyakinkan Mama, dan temen-temen kamu juga.”

“Hm, asal ngga kabur lagi aja.”

“Ngga, ngga akan, kalian kan harus aku perjuangin sampe akhir.”

“Iya… Selamat berjuang, Papa…untuk kembali mendekap kami dengan utuh?”

Seungwoo tersenyum, “Dengan utuh…”

.

.

.

.

@coffielicious