Kopi ─
.
Seungzz Date Day AU
.
Suara alarm berdenting membangunkannya. Kedua lengannya ia regangkan ke ke atas, berbuah suara kretekan melegakan. Jemarinya ia larikan pada kelopak yang masih ingin menutup. Juga pada mulut yang menguap. Netranya ia edarkan, menangkap satu bundar merah di kalender.
One day off.
Segera, ia menyingkap selimut yang membungkusnya. Meninggalkannya untuk membersihkan diri.
Sembari bersenandung ia melakukan kegiatan paginya dengan bahagia.
.
Maniknya menyapu seluruh ruang yang kini rapi, beranjak ke dapur untuk menyuap sarapan sederhana yang ia buat barusan. Menyeduh satu gelas susu untuk memulai hari.
Mengambil satu tas hitam selempang sebagai pelengkap penampilannya. Satu topi, sefabrik oranye sweater untuk menghalau dingin nanti. Sejumput celana gombrong yang selalu menjadi favoritenya. Oh, sepatu sneakers juga menyempurnakannya. Tak lupa seutas jaket ia sampirkan di pundak.
Membuka pintu, menemukan lelaki lain bersetelan hitam juga bertopi.
“Hai.”
“Kak!” Melompat untuk memeluk.
“Wow, hati-hati,” menangkap pinggang dengan sigap dan mengelus punggung milik pria di pelukannya.
“Kak Woo udah sarapan?” Seungyoun melepas pelukan mereka.
“Udah, kan kata Youn langsung berangkat aja.”
“Iya,” Seungyoun berbalik sejenak untuk menutup pintu dan memastikannya terkunci dengan baik.
“Kita mau kemana?” Mengapitkan lengannya pada Seungwoo.
“Jalan-jalan, naik busway ke Kota Tua,” membenahi surai yang jatuh di dahi Seungyoun pelan.
“Yash!”
.
Menggandeng tangan yang lebih lebar darinya. Menunggu busway yang akan membawa mereka ke Kota Tua.
“Nanti aku ga mau masuk museum.”
Kaki mereka serasi memasuki busway yang lumayan lengang. Ini hari kerja dan sudah lewat waktu berangkat.
“Kenapa?” Mengedar, mencari tempat duduk. Seungwoo menuntunnya ke arah belakang.
“Ga mau kalo sendiri,” mendudukkan dirinya di samping jendela. Masih mengaitkan jemari pada yang lainnya.
“Ya masa sendiri, Youn. Kan sama kakak,” mengelus punggung tangan dengan ibu jarinya.
Jemari kekasihnya ini lucu, mungil, menggemaskan. Seungwoo suka sekali mencubitinya kecil-kecil. Seungyoun akan membiarkannya.
“Hehe, iya. Kak, nanti beli gantungan kunci ya?” Mengeluarkan sebungkus permen setelah melihat sekitar. Ia kulum dalam gerakan cepat, mengantongi sampahnya.
Seungwoo menggeleng tak habis pikir, “besok permen kopi nya diganti vitamin aja, gimana?”
“Liat besok deh,” cengirnya.
“Dasar,” Seungwoo menarik ujung hidung Seungyoun.
“Kak, idung aku merah nanti.”
“Biar lucu.”
.
Mereka masih bergenggaman tangan ketika turun. Memasuki daerah Kota Tua yang penuh nostalgia.
Berjalan memutari sudut-sudut museum yang tersedia. Saling mengambil gambar satu dengan yang lainnya. Menyaksikan pertunjukkan yang ada. Memperhatikan beberapa yang di sekitarnya.
Seorang ibu yang menjajakan topi anyamannya, pengamen dengan keahliannya, pemberi pertunjukkan tarian flashmob gratis, anak-anak murid SMA yang sedang mewawancarai turis mancanegara, dan juga orang yang berlalu-lalang dengan bebasnya.
“Kak! Balon!” Telunjuknya menuding penjual balon yang lewat di depannya.
“Youn mau balon?” Seungwoo tersenyum, gemas dengan Seungyoun.
“Boleh?”
“Boleh, sekalian beli gantungan kunci ga?”
“Iya, sekalian. Yeay!” Soraknya setengah berteriak.
Mereka membeli beberapa balon juga ganci.
Seungyoun ini, suka sekali mengoleksi ganci. Kemanapun ia pergi sebisa mungkin ia membawa oleh-oleh. Tetapi untuk dirinya sendiri, ia hanya akan memerlukan ganci. 'Buat kenang-kenangan, Kak. Murah dan ga makan tempat.' Katanya suatu hari.
Mereka mampir makan di tempat yang tersedia.
“Youn mau makan apa?”
“Uhm, soto betawi sama tahu pong,” mendudukan dirinya pada kursi.
“Okay, minumnya?”
“Samain Kakak aja.”
“Kamu pengen kopi?”
“Engga, tapi nanti aja. Mampir di jalan pulang.”
Seungwoo mengangguk, beralih untuk memesan makan siang mereka.
.
Masih terlalu terik. Setelah selesai makan, mereka memilih untuk kembali memutari sudut museum. Bercengkerama dengan bergandengan tangan.
Hingga menjelang sore, mereka beranjak pulang.
.
Kali ini busway penuh. Mereka tidak mendapat tempat duduk yang mengharuskan mereka berdiri. Tidak sampai desak-desakan, tapi Seungwoo harus lumayan ekstra menjaga Seungyounnya. Seungyounnya yang manis.
“Jadi mampir beli kopi?” Seungwoo menolehkan kepalanya.
“Iya, mau kopi.”
“Deket rumah Youn aja, ya?”
Seungyoun mengangguk.
.
Kedai Kopiku terletak tepat di ujung jalan gang masuk menuju rumah Seungyoun. Mereka mampir ke kedai sejenak.
“Ice americano.”
“Ice americano.”
Mereka tertawa ketika menyebutkannya bersamaan.
“Baiklah, ice americano dua ya.”
Mereka mengangguk, kemudian mencari tempat duduk.
Cafe yang cukup cozy. Dengan meja kayu yang terpelitur coklat sempurna. Kursi-kursi yang terbuat dari bahan daur ulang dihias sedemikian rupa. Satu sudut baca penuh dengan buku yang mempesona. Dan berbagai stiker dinding untuk menambah hias indahnya.
Lampunya coklat kekuningan, menghangatkan suasana. Sofa di ujung ruang juga boneka di atasnya menambah kesan dari kedai.
Seungyoun menengadahkan kamera ponselnya untuk membidik satu atau dua. Kemudian menemukan Seungwoo dalam lensanya. Menangkap gambarnya dengan apik. Tersenyum puas akan hasilnya.
“Sini coba Kakak liat.”
Seungyoun menjauhkan ponsel dari jangkauan Seungwoo, “ga mau.”
Seungwoo menangkap lengannya, menelusur pada jemari yang lainnya.
Seungyoun menahan napas pelan.
Seungwoo mengambil ponsel Seungyoun ketika lengah.
“YAAAAA!”
Protesnya lumayan keras, berhadiah tawa dari Seungwoo. Seungwoo menoel pipi gembil lelakinya, “lucu banget.”
“Ga, ya. Duh.”
Seungwoo mengusak helai yang kini tidak tertutupi topi.
“Iya deh bukan lucu. Tapi ganteng, cantik, menggemaskan.”
“Terserah Kakak deh.”
Kegiatan mereka terinterupsi dengan datangnya dua cangkir kopi.
Sembari menyeruput kopi, mereka bercengkerama dan bercanda.
.
“Kak, topi aku tadi mana ya?” Seungyoun bercelinguk di sekeliling sebelum meninggalkan kedai.
“Ada sama Kakak. Ayo pulang.” Mengulurkan tangan untuk Seungyoun raih.
Berkaitan dan mereka goyangkan. Tertawa kecil dengan tingkahnya. Merapatkan jaket yang membungkus, membawa jemari dalam saku bungkus.
Telunjuk lainnya yang menganggur, Seungwoo larikan pada surai Seungyoun yang kian memanjang. Menyampirkannya ke belakang telinga dengan pelan.
Menelisik manik yang berkilau di bawah lampu jalan. Hidungnya kembang kempis menepis dingin. Turun menuju belah bibir lucu.
Seungwoo maju, menangkap pinggang dengan lengan. Pelan, ia sentuhkan bibirnya pada yang lainnya. Mengambil napasnya untuk ia bagi berdua.
Rasa kopi, lidah mereka berbagi kopi yang baru saja mereka tandasi.
Tersenyum disela-selanya dan juga satu dua kecup di akhir waktu mereka.
Tertawa, mereka tertawa hingga netra mereka.
Tungkai mereka kembali bekerja melangkahkan diri. Jemari masih tak ingin melepaskan diri. Juga hari yang melukis secuil kenangan hari ini.
.
Selamat malam, selamat beristirahat.
.
.
Untukmu, duniaku, @WinterB_clov ♡
•
©coffielicious