Kue Lupis

.

Part of Kue Beras AU

.

.

Langit malam ini cerah, Seungwoo meletakkan segelas cokelat panas di atas meja depan jendela. Lampu kota masih kelip, terlalu banyak cahaya di luar sana, dan ia membiarkan ruangannya temaram.

Mengela napas, kemudian memilih menyusul Eunsang untuk tidur sejenak.

.

.

“Papa…”

“Ya?” Seungwoo membenahi selimut Eunsang agar menutupinya dengan baik.

Have a good rest.

Seungwoo tersenyum dan mengecup kening Eunsang, menepuk-nepuk punggungnya, dan mendekapnya semakin erat. “You too Champ, have a good rest.

.

.

Years passed.

So long, yet so short.

And he’s still here.

Menata sarapannya di meja dengan apik, kemudian memanggil Eunsang untuk bergabung.

Rutinitas mereka setiap pagi dihabiskan untuk makan bersama kemudian Seungwoo yang berangkat bekerja sembari mengantar Eunsang sekolah.

Eunsang semakin tampan dengan seragamnya. Menenteng ransel dengan riangnya. Tak lupa lukisan senyum yang selalu ia pajang setiap harinya.

Ini sudah tahun ke 3 sejak Seungyounnya bermimpi lama.

Seungwoo masih terus menunggunya, bersama Eunsang di sampingnya.

.

.

Punggungnya ia sandarkan pada kursi di belakangnya, kedua jarinya memijat pangkal hidungnya. Ia lelah, sangat. Tetapi ia harus mendistraksi pikirannya sendiri.

Menyerah, ia memilih beranjak, menelisik ruangan terang ini dengan sudut netranya. Ini apartemen Seungyoun. Seungwoo menjual apartemennya sendiri setahun setelah kecelakaan Seungyoun. Memilih menempati ruang milik lelakinya.

Ia langkahkan kakinya, memasuki satu ruang kecil. Studio milik Seungyoun.

Berbagai alat musik, bahkan sketsa gambar, dan berbagai hal yang Seungyoun sekali, ada di sana.

Ia mendudukkan dirinya di depan komputer, menyalakannya dan memutar satu lagu. Menyetelnya dengan mode repeat dan merebahkan dirinya di sofa, memejamkan mata, berharap lelakinya segera menyelesaikan semua perjalanan dalam mimpinya.

.

.

“Papa, kenapa bunganya dikasih sprite terus? Esa kan juga mau.” Eunsang menggenggam jari-jari Seungwoo dengan derijinya yang mungil. Di tangan yang lainnya ada satu botol soda kecil ia bawa.

“Supaya bunganya awet, Esa… Esa mau sprite?”

“Oh… Boleh?” Kelerengnya berbinar, gemas sekali.

“Boleh, tapi sedikit saja, oke?”

“Yuhu! Terima kasih, Papa.” Loncatnya pelan.

Mereka bergandengan menuju ruang rawat Seungyoun, untuk kali ini Eunsang meminta Seungwoo membawa bunga lily. Ia menurut saja apa kata putra semata wayangnya.

“Pa…”

“Hm?”

“Apa pippi akan ingat Eunsang jika waktunya pippi bangun?”

Seungwoo terdiam, hanya mengelus surai malaikatnya perlahan.

Ruang rawat Seungyoun masih sama, sepi dan dingin. Hanya ada Seungyoun di sana, di atas ranjang, berbaring begitu tenang. Bahkan suara mesin belum mampu membangunkannya.

Eunsang meletakkan lily pada vas yang tersedia, menuangkan sprite dan sebagian kecil ia minum. Kemudian beranjak duduk dengan baik tepat di samping Seungyoun. Memijat lengan pippinya dan mulai bercerita hari-harinya.

“Halo Pippi, Esa sama papa dateng lagi. Mmm tadi pagi papa bikin sarapan menu baru, enak banget! Tadi di sekolah, ada lomba Ppi! Esa dapet permen dari bu guru, hehe.” Bermain dengan telunjuk milik pippinya, kemudian melanjutkan, “besok ada hari ayah deh… Pippi apa belum selesai mimpinya?” Kali ini ia menunduk.

Seungwoo mengusap bahu sempit Eunsang, dan memeluknya.

“Tuh Sayang, Esa juga mau merayakan hari ayah. 3 kali sama aku terus, duh bosen ngga sih?” Seungwoo mengecup pelipis Eunsang pelan.

“Papa bosen ya? Ya ampun, nih aku aduin Pippi… Pippi masa Papa bosen sama Esaaaaa…”

“Gemes banget ini … ughhh” Seungwoo mencubit kedua pipi Eunsang gemas.

“Bentar, Pippi tau ngga??? Sebentar lagi Esa punya temen maiinn!!! Kata om Jinhyuk sama om Wooseok, mereka mau adopsi anak… jadi Esa ada temennya nantiiii. Oh, Pippi belum tau kaannn kalo mereka udah nikah setahun lalu… huuu Pippi diduluin.” Ejeknya.

Seungwoo mengeratkan pelukannya, kali ini mengecup ubun-ubun Eunsang, “Papa boleh minta tolong Esa beli kue lupis di kantin? Nanti biar ditemani sama mba perawat sebentar?”

Eunsang diam, mengerti. “Esa bisa sendiri, Papa.”

Seungwoo tersenyum, menyerahkan beberapa lembar uang pada Eunsang.

Eunsang meloncat kecil, dan beranjak pergi, “sampai nanti, Papa dan Pippi!”

.

.

Seungwoo mengambil tempat duduk milik Eunsang tadi, “Hai.”

Suara mesin menjawabnya.

“Youn, we waiting, we always were

.

.

.

.

.

.

See you soon!!  Have a good day!! @coffielicious