Plain water ─

.

Part of Kue Beras AU

.

Ia mengusak surainya yang terkena rintik salju, merapatkan mantelnya setelah mengeluarkan diri dari kendaraan yang tadi ia bawa.

Menangkap satu buket bunga dalam dekapan.

Melangkahkan diri dengan ringan menuju tempat tujuan.

Dentingnya halus saat ia membuka pintu, menemukan bangku-bangku yang telah terisi oleh beberapa kepala yang menyantap kudapan mereka. Netranya mengedar ke seluruh ruang.

Sofa ceria di salah satu pojok kiri. Sofa elegan di pojok kanan. Tengah-tengahnya tempat duduk berbentuk ayunan yang menggemaskan.

Di luar ruang yang tersekat kaca, ia lihat beberapa balita bermain dengan tawa yang berderai. Ia tersenyum simpul. Kali ini, arah pandangnya lurus pada kasir dan dapur, di depan counternya, ia menemukannya.

Dengan kemeja broken white dan celana hitam. Lengannya tergulung apik. Di genggamannya satu nampan dengan dua cangkir. Melangkah memberikannya pada pelanggan.

Seungwoo menunaikan tugas tungkainya, menepuk lelaki yang menjadi fokusnya sedari tadi, “hei.”

Lelaki yang ditepuk Seungwoo berjengit kecil, “oh hai, Kak.”

Seungwoo menarik sudut-sudut bibirnya. Menggenggam lengan lelakinya untuk menjauh dari tontonan gratis banyak orang.

“Ngapain, Kak?”

“Ikut dulu.”

Seungyoun menurut ketika Seungwoo membawanya ke ruang kerjanya sendiri.

Mereka berdiri berhadapan, Seungwoo menyerahkan satu buket bunga hydrangea biru yang sedari tadi di genggamnya.

“Pengen ngasih ini aja. Masih pengen minta maaf sama yang lalu-lalu soalnya.”

Seungyoun menerimanya, “Kakak tau kalo aku selalu maafin semuanya, kan?”

“Iya tau, tapi pasti membekas,” Seungwoo mendekat, membawa Seungyoun dalam dekap, “kangen aku.”

“Gimana?” Seungyoun mendorong Seungwoo, “aneh banget, udah sana pulang.”

Seungwoo terkekeh melihat rona merah yang menyebar tipis di pipi Seungyoun, “lucu kamu kalo salah tingkah begini.”

“Apaan dih,” Seungyoun beringsut, membuka buket bunganya untuk ia pindahkan pada vas yang tersedia. Menuangkan sebotol sprite untuk menjaganya tetap segar.

“Youn.”

“Hm?”

Seungwoo duduk di sofa yang ada. Membiarkan Seungyoun berjalan ke arahnya.

“Duduk sini,” tepuknya pada tempat kosong di sampingnya.

Seungyoun meringis, “seenaknya banget emang.” Ia menurut, mendudukkan diri di samping Seungwoo, “kenapa?” Ia menyandarkan punggungnya.

Seungwoo membungkuk sedikit di duduknya, meremas kedua tangannya, “Youn.”

Seungyoun mengelus punggung Seungwoo pelan, “ada sesuatu?” Merabanya perlahan, apa sekiranya yang mengganggu pikiran Seungwoo.

“Kapan ada libur?”

Seungyoun mengangkat alis, “Ya semau gue sih Kak. Kalo pengen izin mah tinggal bilang sama yang jaga dapur hari itu. Toh anak-anak sekarang bisa diandelin.”

-Yang dimaksud Seungyoun dengan anak-anak adalah para pegawai di cafenya. Seungyoun resmi mengambil alih café mamanya tiga bulan kebelakang. Masih seumur jagung, masih banyak yang perlu ia pelajari. Tetapi, hasilnya tidak buruk juga dengan perubahan yang Seungyoun bawa.

Mungkin ada beberapa pelanggan yang lumayan kaget dengan interior café yang berbeda jauh. Kini lebih artsy dibanding sebelumnya. Yang kini, di lantai satu nya lebih ramah anak dibanding dulu yang dikhususkan anak muda.-

“Minggu depan, ikut gue ya?”

“Kemana?” Seungyoun beranjak, mengambil dua gelas air putih hangat untuk menjamu Seungwoo dan juga dirinya.

“Ketemu ayah sama bunda.”

Seungyoun hampir tersandung kakinya sendiri, berdiri lamat-lamat, berbalik kemudian.

“Mau ya?” Seungwoo menegakkan duduknya, berdiri untuk menghampiri Seungyoun. Membawa tangan yang terdiri dari sepuluh jari mungil jika disandingkan dengan miliknya.

“Kenapa?” Seungyoun mendongak, membiarkan jemarinya diremas halus.

“Mau nemuin kakek nenek sama cucunya.”

Seungyoun mengerjab, “Berarti itu mah Esa doank yang diajak.”

Seungwoo menarik jemari yang hampir terlepas dari genggamnya, “sama pippinya sekalian sih, yang udah kuat ngerawat cucu mereka sampe sekarang. Sendirian pula.”

“Apa ga papa?” Ia pertemukan manik polos pada obsidian di hadapannya.

Seungwoo melepaskan salah satu tangannya, ia larikan pada surai yang tertata sempurna, mengelusnya pelan, “kamu mau?” Seungwoo balik bertanya.

Seungyoun mengulum bibirnya, ragu dengan apa yang akan ia utarakan. Kali ini ainnya pergi dari pandang yang lainnya.

“Youn… aku, boleh ikut ngerawat Eunsang? Kali ini bareng-bareng sama kamu?”

.

.

.

©coffielicious