` Satu

Bintang duduk dengan lutut menekuk, masih menikmati senja di ufuk barat, meski belakang punggungnya, nan jauh di sana mulai memunculkan satu persatu kerlip benda di angkasa. Atensinya tersita saat ia mendengar erangan kecil tak jauh dari posisinya. Ia bisa saja memilih acuh, tetapi mengingat ini senja ia menghampiri perlahan asal suara. Menemukan seseorang yang memegang pergelangan kaki miliknya, mengaduh kecil.

“Lo, ga papa?”

Pertanyaan bagus, Bintang, jelas-jelas ia mengaduh.

“Ga.”

“Oh, sorry-sorry mana yang sakit, kalo boleh tau?”

“Kaki.”

Lelaki yang ditemuinya bergumam pelan, tapi Bintang masih mendengarnya. Berjongkok dan memberi sedikit pijatan.

“Ayo, gue anter ke klinik.”

“Ga usah, biar ntar gue kompres.”

“Sekarang aja sini lah, daripada lu pulang pincang.”

.

“Gue Bintang.” Selesai dengan tetek bengek kompresan yang ajaib ada di tas milik Bintang, ia mengulurkan tangan pada lelaki di sampingnya.

“Elang.”

Singkat padat jelas, okay.

“Lu darimana?”

“Pulang daftar sekolah.”

“Sendirian? Kok sampe jam segini.”

Netra Bintang masih terpaku pada lembayung yang diproyeksikan terlampau sempurna.

“Tadi banyak yang perlu diurus dan iya, sendiri.”

Lelaki yang menyebut dirinya 'Elang' mengikuti arah pandang Bintang. Lembayung senja, gelombang jingga, dan megahnya cakrawala.

Mereka bertemu, di satu waktu yang membisu, menyaksikan mereka tumbuh, seiring janji yang mereka pegang teguh.

.

©loveedensor 2019