Soulmate

Harusnya umur 23 itu cukup, tapi ternyata harus nambah empat tahun lagi.


WonHosh fantasy AU. Non-baku.

Wonwoo as Silvery Hanggara Soonyoung as Azure Lazuardi

.

.

Kata orang tuanya, Silvery bisa melihat berbagai warna setelah bertemu soulmate nya. Tapi, kapan?

Bahkan sampai sekarang, menginjak 24 tahun hidupnya, ia masih belum mampu melihat berbagai warna di dunia.

Dunianya masih samar, abu-abu, hitam, dan putih. Persis seperti televisi jaman dulu yang pernah ada.

Kasus seperti Silvery ini, mungkin satu dari sekian persen di dunia. Menyebalkan. Tetapi, di sinilah ia, mencoba peruntunganya dengan memakai kacamata bantu khusus untuknya. Meski tidak bekerja secara maksimal, tapi okelah.

.

.

“Nak, tolong ambilkan tomat yang sudah matang ya, berwarna merah. Terima kasih, Lil Cat

Ibunya selalu memanggilnya begitu. Silvery beranjak, mengambil tomat yang katanya berwarna 'merah'.

Namun salah. Dan ibunya maklum untuk pertama kalinya.

Ketika kesekian kalinya, ibunya hampir meledak, tapi juga penasaran hingga akhirnya diperiksakannya Silvery ke dokter.

Bukan buta warna, tetapi pure without colours.

Dokternya bilang, ini kasus langka. Silvery mungkin bisa melihat berbagi warna dunia setelah bertemu dengan belahan jiwanya.

Belahan jiwa apanya?

Bullshit

.

.

.

Sudah 25, ia masih belum bisa membedakan mana warna biru dan hijau.

Sebenarnya ia banyak mendapatkan bantuan tentang warna.

Misalnya, putih yang dilambangkan bersih tanpa noda. Hitam, sesuatu yang gelap, hingga mungkin kadang terasa mencekam. Hijau dengan segala kesegarannya. Biru dengan ketenangannya. Kuning dengan kecerahannya, katanya ia akan membuatmu tersenyum?

Merah, dengan segala keseksiannya. Eh, apanya yang seksi? Silvery menggeleng tak tahu lagi.

Ada satu warna yang membuat Silvery begitu penasaran, coklat, katanya... seperti sweater musim dingin yang akan menghangatkanmu.

Dan akhir akhir ini, ia mendapat satu pengetahuan tentang warna.

Ungu.

Seperti apa ungu? Bagaimana ia mendeskripsikannya?

.

.

Pada akhir umurnya yang ke-dua puluh enam, Silvery menghabiskan malamnya dengan berpesta.

Membiarkan teman-temannya mengacak rumahnya.

Ia dua puluh tujuh esok hari. Dan belum bisa melihat warna.

Sialan

.

.

.

Sepulangnya ia bekerja, setelah tadi di kantor ia diberi beberapa kejutan oleh rekan-rekannya. Silvery beranjak perlahan.

Menuju motor yang ia parkirkan di halaman.

Ia ingin membeli kue, entahlah, ia sedang kepingin sekali.

Dan di sinilah ia.

Bau kue yang harum terlepas di udara. Menenangkannya.

Ia telusuri etalase dan tertarik dengan macaroon di hadapannya.

“Blueberry itu, berwarna apa?”

Penjaga toko di hadapannya menaikkan alis, namun menjawabnya pelan, “blueberry, berwarna navy, Kak.”

“Bagaimana dengan rasanya?” Silvery merabakan ujung jarinya pada kaca pembatas.

“Jika kakak menyukai campuran manis dan asam, itu rasa blueberry.”

Silvery mengangguk pelan, memesan satu paket kue dengan berbagai rasa kemudian.

Ketika ia memberikan sejumlah uang yang didiktekan oleh kasir, bungkus kue dalam genggaman tangan kirinya terjatuh.

Dan dunianya seakan berhenti.

.

.

Perjalanan pulang ke unitnya, mengambil waktu lebih banyak dari biasanya.

Silvery lebih banyak berhenti, menelisik lampu lampu kota yang kini berwarna.

Indah.

Satu kata yang mampu Silvery deskripsikan.

Silvery memerhatikan tangannya yang tadi tidak sengaja bersentuhan dengan kasir bakery.

Dalam waktu mereka, berhenti untuk sejenak. Perlahan, dengan gerakan slow motion, mereka saling menatap, untuk kemudian bersalaman.

Dan dunia mereka berwarna.

.

.

.

“Aku pikir, aku ngga pernah bisa liat warna sampai nanti. Tapi ternyata soulmate beneran ada ya.* lelaki yang duduk di hadapannya menyesap kopi yang menemaninya.

“Nama aku, Azure. Kalau soulmateku?”

Senyuman tipis dikerjakan oleh bibir Silvery, “Silvery, my name is Silvery Hanggara.”

.

.

.


Your robbed narration wonhosh!soulmate AU 😆

@coffielicious