Stealing
.
Seungzz AU
.
Lomba banyak-banyakan dapet coklat, yang kalah ngabulin permintaan si yang menang, tapi ternyata si Youn udah sekongkol sama anak2 di sekolah jangan ngasih Woo coklat, soalnya dia mau nembak Woo.
.
Well, before this started, this story written by that lovely prompt by my lovely person @WinterB_clov.
.
Rating ; Teen.
Highschool setting. Some flaffeh ball rssz and other. Enemies to lovers. Harsh words. Non baku conversation.
Please do inform me if there are tw~s left.
Anyway, aku udah lulus dari sekian tahun lalu, kalau ada kesalahan dalam setting, boleh aku dikasih tahu yaa. And I'm open for some feedbacks! Just @ me!
.
.
.
.
Ada satu periode masa SMA nya yang sebisa mungkin ia lupakan, tetapi terlalu sulit.
Seperti waktu itu, semester pertama, kelas pertama, teman duduk pertama, dan musuh pertama di hari pertamanya masuk sekolah.
.
.
Ia sudah berbenah dari pagi, dengan semangat menyiapkan segala hal yang ia perlukan hari ini.
Gerbang sekolah sudah terlihat dari kejauhan, ada rasa excited yang luar biasa yang tak mampu ia jabarkan.
Memasuki sekolah baru. Dengan beragam hal yang pertama untuknya pula.
Ada upacara singkat pengenalan peserta didik dan juga semester awal. Beruntungnya, matahari masih malu-malu, jadi sinarnya tidak begitu terik.
Dilanjutkan dengan akan dimulainya Ospek esok hari.
Kali ini dibantu oleh kakak-kakak pembimbing untuk semuanya.
Kemudian diarahkan menuju kelas yang akan ia duduki satu tahun kedepan.
Dari sinilah segalanya berawal.
Mulai dari tempat duduk, pemuda bermarga Han dengan nama belakang Seungwoo itu memilih nomor tiga dari depan, tepat di samping tembok, namun seseorang menyerobotnya.
“Hei, aku duluan.” katanya.
Seungwoo mengangkat alis, “tidak, aku duluan yang duduk di sini.”
Lelaki yang menjadi lawan debatnya bergeming, masih duduk di atas kursi.
Seungwoo mengambil kursi lain, kemudian mendorong bangku yang tadi diserobot menyebabkan yang duduk terjatuh.
Dan ya, semakin ributlah mereka hingga harus dipisahkan oleh teman-teman yang melihat. Tidak habis pikir.
Itu adalah awal bencana dari seluruh kisah yang akan membersamai dua anak manusia.
.
.
“Razia! Razia! Razia!” ketua kelas berujar gusar. Menyelundupkan apapun yang sekiranya akan disita ke tempat aman.
Tak lama, guru berdatangan meminta para murid berbaris di depan kelas, menyaksikan tas mereka digeledah.
Seungyoun melenggang santai, merasa tak membawa apapun yang pantas untuk diambil. Namun wajahnya merah padam tidak lama kemudian.
“Cho Seungyoun, setelah ini temui Ibu di kantor guru.” seorang guru muda melotot, menyangking satu pembalut yang sudah terbuka, terambil dari dalam backpack nya.
Seungyoun meradang, melihat teman-temannya yang menahan tawa, kemudian menemukan Seungwoo yang menyeringai dalam pandangnya, “sialan!” umpatnya pelan.
“Kau juga Han Seungwoo, temui Ibu di kantor setelah ini!” meletakkan celana dalam berenda di atas meja Seungwoo.
Seungwoo menggeram pelan, “awas saja, Cho Seungyoun!”
“Wah ternyata sukanya cosplay ya, Woo!” cengirnya mengejek.
Seungwoo mengumpat dengan pandangannya.
.
.
.
“Ibu peringatkan sekali lagi, jangan sampai diulangi.”
Dua lelaki bongsor itu mengangguk.
“Benahi seragam kalian, kembalilah ke kelas.”
Kemudian mereka beranjak keluar kantor guru.
“Dickhead.” tak ada satu langkah, dan Seungyoun mengambil alih pita suaranya.
“You jerk!”
“Son of a bitch.” balasnya santai.
“Asshole.”
Tidak akan berhenti sampai salah satu diantara mereka melayangkan tangan, menekan lengan di pundak yang lainnya. Kemudian akan mencekik namun, “-ah,” terhenti.
“Ngga jadi nyekek nih?” Seungyoun menyeringai.
“Cekek aja sendiri.” Seungwoo melepaskan tekanan lengannya.
“Taruhan deh, Woo,” menepuk pundaknya, seakan menepis debu.
“Ogah.” Seungwoo membuang pandangannya. Memilih berbelok ke kantin untuk mengambil jatah istirahatnya yang terambil.
“Kalo lo menang di classmeet nanti, gue ngga akan ganggu lo.”
“Dibilang ogah, lo punya telinga ngga sih, Yon?”
“Ohhh, berarti masih mau gue gangguin ya, Woo?”
Seungwoo melirik, menghakiminya, “Bu, soto satu ya, sama sekalian tempe mendoannya dua.” memilih tidak menggubris lelaki yang diam-diam memiliki tato di pinggang kanannya. (Well, it's a lil secret, mereka suka papasan kalo ganti baju OR di bathroom atau abis futsal gitu)
.
.
.
Dan classmeeting mereka, membawa doorprize terbanyak karena jiwa kompetitif Seungwoo dan Seungyoun.
Jika di futsal Seungwoo membawa kemenangan, maka tidak kalah dengan basket Cho Seungyoun. Begitu seterusnya. Toh tidak merugikan untuk anak-anak kelas yang ditempati mereka berdua.
Kecuali seperti saat ini.
Satu snack besar sedang menjadi bahan rebutan mereka di depan kelas.
Siswi yang baru saja menyapu hanya berkedip, tak berani melerai.
“Gue ambil duluan, bangsat!”
“Lo ngerebut dari gue, kampret!”
Masih tarik kanan-kiri hingga bungkusnya koyak. Tidak lama, isi di dalamnya pun berhamburan, seperti menciptakan pinata dadakan.
“YAK! KALIAN SIALAAAAANNN!!!”
Ketua kelas bernama Kim Wooseok meradang, menendang tulang kering Seungwoo dan Seungyoun bergantian.
“SAKIT, SEOK!”
“Lagian, kelas udah bersih gini, tinggal makan ngelingker kalian masihhhh aja ribut. Tiba-tiba pacaran tau rasa.”
“IDIH!” Seungwoo melepaskan genggamannya pada bungkus snack yang sudah robek.
“AMIT-AMIT!” tak lupa suara Seungyoun menyusul kemudian.
.
.
.
.
Yang tidak disangka oleh keduanya, ada dentam tersendiri yang bahkan sebenarnya tak ingin mereka sadari.
.
.
.
.
.
Memasuki semester ke-dua di kelas pertama, masih tidak ada yang berbeda dari sebelumnya.
Masih dengan Kim Wooseok yang meledak, masih dengan para kutu buku yang bersembunyi. Dan tidak lupa dua tokoh utama kita yang kali ini berebut sapu hingga hampir mengenai kepala seorang guru.
“Berlutut di depan kelas dan angkat tangan kalian 2 jam pelajaran!” titah beliau, telak.
Dan masih banyak pertikaian-pertikaian lagi untuk mereka bagi.
.
.
.
“Kalo lo juara satu, gue ngga akan ganggu lo lagi.”
Seungwoo benar-benar mengambil tempat pertama untuk kenaikan kelas mereka.
.
.
.
.
Pada tahun ke-dua mereka sempat berpisah kelas. Namun organisasi menyatukan dua insan manusia ini kembali.
Seungyoun menjadi ketua osis dan Seungwoo menjadi ketua pramuka.
Yang secara tidak langsung akan membuat mereka, mau tidak mau berinteraksi dengan kepala dingin.
.
.
.
“Kemah ini kegiatannya pramuka, lo ngga usah ikut campur kali, Yon.”
“Lha, gue bantuin lo ngga terima nih?” Seungyoun membanting buku sakunya ke meja, “fine! Lo urusin sendiri sampe mampus!”
Seungyoun beranjak keluar dari ruangan, membanting pintu yang tidak bersalah.
Seungwoo menghela napas, kemudian memejamkan mata sejenak, “oke, gue mau finalisasi rapat kemah kali ini, tolong fokus!” berkata kepada anggotanya yang masih duduk tegang.
“Santai, okay? Gue ngga gigit.” Seungwoo melukis senyum kecilnya. Membuat suasana lebih ringan.
.
.
.
.
“Naik!”
Ada vespa merah mentereng berhenti di hadapannya, kemudian pengemudinya memberinya helm berwarna senada.
Seungwoo acuh, memilih meneruskan langkah menuju halte terdekat.
“Naik anjir! Budeg lo yak?”
“Ngapain di sini? Bukannya lo gue usir?”
Seungyoun, lelaki yang menawari tumpangan tadi turun, mensejajari langkah Seungwoo dengan mendorong vespanya, “lo tuh, tegas dikit kek jadi ketua. Anggota lo noh banyak yang mangkir, biasanya lo suka ngedebat gue, giliran sama anggota sendiri ciut.”
“Mereka ada urusan,” Seungwoo berhenti berjalan, “anter gue balik,” menaiki vespa dengan masih Seungyoun yang mendorongnya.
“Mau mampir nasi godog ngga?” masih betah memegangi stir motornya.
“Yang sebelum pasar itu? Emang masih buka?” mengambil helm yang tadi ia abaikan untuk ia kenakan.
“Masih.”
“Oke.”
.
.
.
.
Dari yang teman-teman mereka tahu, Seungwoo dan Seungyoun adalah musuh bebuyutan yang tidak akan pernah akur.
Namun, jauh dengan perkiraan orang-orang. Mereka jauh lebih bersahabat, terkadang.
.
.
.
“Taruhan, kita bakal sekelas lagi di kelas tiga!” Seungyoun meletakkan uang 50 ribuan di atas meja.
Seungwoo melirik malas, “apa enaknya gue sekelas sama lo.” beranjak untuk membayar pesanan mereka.
“Biar gue bisa gebet semua cem-cem an lo, Woo.”
Seungwoo tak menggubris.
.
.
.
Dan taruhan dimenangkan oleh Seungyoun dengan telak.
.
.
.
Masih ada pertikaian mereka yang membuat pening para guru juga rekan sekelas Seungwoo dan Seungyoun.
Seperti menyembunyikan seluruh atribut upacara hingga batalnya apel bulanan.
Lepasnya katak eksperimen penelitian karena mereka berdua yang hampir baku hantam.
Hingga akhirnya detensi menghampiri mereka kesekian kali.
.
.
.
Ada yang berubah menuju semester terakhir mereka di sekolah.
Menjadi lebih rajin belajar dan memanjangkan les. Demi kelulusan.
Seungwoo dan Seungyoun memang mengurangi keisengan mereka, namun tidak dengan jiwa kompetitif yang seakan mendarah daging.
Ada satu hari, setelah try out ketiga berakhir. Seungyoun, tanpa sepengetahuan Seungwoo berunding dengan teman-teman sekelas dan perwakilan ketua dari kelas lain.
“Pokoknya sumpah, bantuin gue, okee!!”
Wooseok, yang sampai saat ini masih menjabat sebagai ketua kelasnya hanya mencibir, “inget ye Yon, apapun makanannya, minumnya tetep ludah sendiri.”
“Yaelah Seokk, gitu gitu lo mau bantuin gue kaaaann?”
“Anjir, jijik banget liat mata lo kedip-kedip gitu.”
.
.
.
.
Hari H tiba. Saatnya melancarkan rencana Seungyoun tempo hari.
.
.
.
Seungwoo melewati hari seperti biasanya, tidak ada yang aneh.
Hari senin, ia sudah beratribut lengkap, sudah membawa bekal, sudah wangi, sudah ganteng paripurna.
Siap menerima sekardus coklat yang biasanya memenuhi lokernya di hari ini, hari valentine.
Namun-
Tidak.
Tidak ada satupun coklat di dalam lokernya pagi ini.
Seungwoo mengangkat alis, “mungkin nanti.”
Istirahat-
Tidak ada juga.
Kemudian ia teringat satu kalimat Seungyoun, “siapapun yang dapet coklat paling banyak, wajib nerima ngabulin permintaan dari yang menang!”
Saat itu Seungwoo acuh.
Seungwoo menghela napasnya. Berjalan pelan menuju loker untuk bersiap pulang.
Ada kerumunan di lapangan dan ia tidak mau ambil pusing.
Seungwoo menggaruk belakang kepalanya.
Ada satu box coklat di lokernya.
I'm the one who intrigued by the smile upon your face, and the sadness within your eyes¹
Seungwoo tersenyum kecil, mengambil kertasnya untuk kemudian ia simpan. Membuka kotak coklat yang berisi bulatan bulatan menggoda untuk ia makan.
“SEUNGWOOOO!!!! IKUT GUE!”
Bahkan sebelum Seungwoo memasukkan satu bulatan kecil, tangannya sudah terseret mengenaskan.
.
.
.
Ada lingkaran yang terbentuk dari siswa-siswi.
Wooseok, orang yang menariknya tadi, menempatkan Seungwoo tepat di tengah-tengah.
Seungwoo kebingungan, “ngapain anjir, Seok?”
“Tunggu di sini okei!”
Tidak bisa dibantah.
Tak lama, ada getar gitar dari belakangnya, satu lagu 'Untukku' by Chrisye mengalun merdu.
Pada baris terakhirnya, Seungyoun berlutut, memberinya gitar yang tadi ia bawa dan, “jadi pacar gue ya, Woo?”
Seungwoo menggigit bibir, kemudian berbalik untuk berlari.
“Yaaaaaahhhhhh, Seungyoun ditolaakkk.”
Choir itu mengudara.
Seungyoun hanya tersenyum, kemudian menyusul Seungwoo, “makasih bantuannya temen-temen!” berkata sembari mempercepat langkah.
Ia mengitari beberapa ruang untuk kemudian menemukan Seungwoo membagikan coklat-coklat miliknya kepada semua guru.
“Liat! Aku yang menang, aku dapet satu box dan kamu ga dapet coklat sama sekali. Jadi kamu harus penuhin permintaan aku.”
Seungyoun berdiri dengan sabar, masih dengan lukisan senyum dalam kuluman bibirnya, “apa?” tanyanya perlahan.
Seungwoo terpaku sejenak, “besok kencan sama aku, ga ada penolakan. Lagian aku ngga suka ditembak didepan banyak orang gitu.”
Seungwoo mendekat dan Seungyoun mengerjab.
Ada sekian detik diam kemudian dihancurkan oleh kecupan Seungwoo di pipi pualam milik Seungyoun yang perlahan memerah.
“See you tomorrow, pacar!”
Dan Seungyoun pingsan di tempat.
.
.
.
¹-Jeremy Aldana
.
-kkeut.
A/n ; mic drop.
@coffielicious.