Unexpected
Wonwoo X Seungyoun Au no warning needed Rating = Teen
.
.
Seungyoun mengangkat kedua tangannya ke udara dan bersorak. Satu gol lagi ia ciptakan membuatnya dikerumuni teman-teman satu timnya, bangga padanya. Tapi, ia melirik pada tribun yang masih belum menampakkan sosoknya.
Waktu istirahat sejenak, ia gunakan untuk mengambil minum dan menyiramkannya di atas kepala. Berhadiah jeritan genit gadis-gadis yang menonton latihannya.
“Kurasa cukup untuk hari ini.” Sungjoo si pelatih membiarkan tim futsal didikannya untuk berhenti.
“Bulan depan kita sudah turnamen, aku minta kalian untuk menjaga stamina, jangan lupa minum vitamin, jaga kesehatan, dan semangat latihan.” Menepuk beberapa anak didiknya dan beranjak pergi.
“Oh, Seungyoun atur jadwal seperti biasanya, oke?”
Seungyoun hanya mengangguk.
Satu persatu, teman satu tim nya pamit pulang, Seungyoun masih di tempatnya. Setelah berganti baju, ia mengambil barang-barangnya dan bersiap.
Satu sodoran botol minum dan seorang lelaki yang menggenggamnya menghalangi langkahnya.
“You did well.”
“I know.” Seungyoun tersenyum, mengambil botol berwarna hitam kemudian menenggak isinya hingga tandas.
“Kapan turnamen diadakan?” Lelaki itu kini mensejajari langkahnya yang sengaja ia pelankan.
“Bulan depan. Kapan kompetisi sainsmu?” Mengambil satu bungkus hot pack dari dalam kantong jaketnya kemudian ia alihkan pada lelaki di sampingnya.
Wonwoo, lelaki itu menerimaanya dengan sukarela, “Dua minggu lagi. Mau kutemani saat latihan?”
Seungyoun mengangkat alis, “Kau mau?”
“Mau saja, saat aku luang.”
“Oke, lakukan saat kau luang. Jangan memaksakan diri.”
“Hmm...”
“Jeon...”
“Ya?”
“Tidak ada, aku mencintaimu.”
Wonwoo diam, ada rona kemerahan yang merambati wajah hingga telinganya.
“Beri persiapan dulu, brengsek!” Umpatnya sembari mendorong bahu Seungyoun.
Seungyoun hanya tertawa kemudian berlari meninggalkan Wonwoo.
“Hahaha, lihat wajah merahmu, Jeon Wonwoo!!”
Wonwoo mengejarnya, setelah mendapatkannya, ia memiting leher Seungyoun main-main.
“Sekali lagi kau begitu, akan kupatahkan lehermu.”
“Aww, that's too sweet.”
“Bangsat.” Wonwoo memilih untuk mengabaikannya.
.
.
.
Dua minggu kemudian, Wonwoo membawa pulang piala keemasan. Membanggakan sekolah juga namanya sendiri.
.
.
.
Ia masih berkutat membersihkan lokernya dari berbagai coklat juga bunga yang menumpuk, menelengkan kepalanya, kemudian bunyi kretekan lelah terdengar.
“Merepotkan.” Menampungnya dalam satu kardus, dan memilih untuk mengunci pintu lokernya kali ini.
Memainkan gantungan kunci norak berwarna pink yang berbentuk tarantula pemberian Seungyoun.
“Wah! Akhirnya mingming berguna untukmu, Jeon!”
Wonwoo tak membalas, hanya satu sodoran botol minum dan stangkup roti ia berikan pada Seungyoun.
“Diamlah.”
Ini rutinitas mereka. Wonwoo yang akan pergi ke perpustakaan untuk sekadar membaca buku, dan Seungyoun yang masih sibuk dengan tim futsalnya. Mereka berpacaran, kuberitahu. Hanya saja masih banyak orang yang tidak tahu saja jika mereka menjalin hubungan. Tidak bermaksud untuk menyembunyikan. Memang mereka jarang terlihat bersama saja di hadapan banyak orang.
Wonwoo yang terlalu pendiam dan freak. Namun, memiliki poin plus yaitu sangat tampan.
Seungyoun yang terlalu slengean. Si bintang futsal kebanggaan sekolah dan kapten kelas yang menyenangkan.
Sulit membayangkan mereka bersama. Tapi, di sinilah mereka, menjalin hubungan yang hampir 2 tahun berjalan.
Jika kalian menanyakan bagaimana mereka bisa bersama, ah itu... mungkin akan kuceritakan lain kali.
.
.
.
Hari ini agak berbeda.
Wonwoo membawa tungkainya menuju lapangan indoor sekolah, menyangking satu tote kecil berisi snack dan minuman. Tanpa bukunya, itu yang membuatnya berbeda.
Beberapa siswa yang menonton latihan futsal, terang-terangan memandangnya aneh. Mengapa si juara sains ada di lapangan? Kenapa Jeon Wonwoo tidak membawa bukunya? Dan mungkin masih banyak pertanyaan yang bercokol di benak mereka.
Wonwoo hanya mengedikkan bahu, memilih duduk di tribun tertinggi agar mampu mengevaluasi pandangannya.
Bunyi peluit mengalihkan atensinya saat ia bermain dengan ponsel pintarnya.
Menemukan lelakinya, melambaikan tangannya dengan senyum yang Wonwoo rasa terlalu lebar.
Wonwoo turun setelah gadis-gadis yang menjerit tadi pergi. Memberi salam pada pelatih futsal dan beberapa teman Seungyoun yang masih tinggal.
Membagikan camilan dan minuman yang sedari tadi ia bawa.
“Besok aku akan mendampingi adik kelas menyerahkan proposal.” Wonwoo mengusap dagu Seungyoun dengan sapu tangan yang dibawanya.
.
Teman-teman tim futsal Seungyoun tahu diri untuk menyingkir. Mereka semua tahu kalau Seungyoun menjalin hubungan dengan Wonwoo. Awalnya mereka tak percaya, ya... karena Seungyoun yang sangat berisik disandingkan dengan Wonwoo yang pendiam? Wow.
Namun perlahan mereka mengerti, ada satu ikatan tak kentara yang membuat mereka bersama.
.
“Berarti tidak bisa melihatku turnamen?” Seungyoun mengambil alih sapu tangan milik Wonwoo.
“Entahlah...”
“Ya sudah, tidak perlu dipaksakan.”
“Kau tidak marah?” Wonwoo bertanya hati-hati.
Seungyoun meneleng, “Untuk apa aku marah? Kau punya tanggung jawab yang lebih, dan aku juga memiliki tanggung jawab lain. Setelah kita selesai dengan tanggung jawab masing-masing bukankah setelah itu kita bisa bertemu lagi?”
Wonwoo tersenyum, “Youn...”
“Ya?”
“Sudah melirik langit malam ini?”
Seungyoun menahan keheranannya. “Kurasa... belum?”
“The moon is so beautiful, tonight.”
Seungyoun blank, 'apa maksudnya?'
Wonwoo maju, mengecup pipinya dan melambaikan tangannya pada teman-teman Seungyoun, “Kami pamit pulang.”
Kali ini ia menyeret Seungyoun agar tersadar dari lamunannya. Membiarkan jemarinya menggandeng deriji yang lebih mungil darinya.
Seungyoun menyentakkan genggaman tangan mereka.
“YA! Jeon Wonwoo!”
Wonwoo tertawa, “Oh, sudah sadar.”
“Beri peringatan dulu, brengsek!!!”
”....”
“AAAAA, aku juga mencintaimuuu!!!” Seungyoun berteriak dengan dramatis di koridor sekolah yang kini terang karena lampu yang dihidupkan seluruhnya.
“Berisik.” Wonwoo berjalan meniggalkannya, dengan satu senyum yang terpatri di bibirnya.
.
.
.
Seungyoun mempekerjakan respirasi pernapasannya susah payah. Detik terakhir menuju kemenangan, namun tim lawan masih unggul satu angka.
Sejenak, saat istirahat, ia mengumpulkan timnya mengatur strategi terbaik. Mencoba menenangkan otaknya yang kian berkecamuk.
.
.
.
Pada satu titik yang tak disangka, tim Seungyoun, menang.
Seungyoun diangkat ke udara oleh teman-temannya, ia lah penyumbang gol terbanyak. Tertawa gembira, bahagia melingkupinya.
Banyak gadis-gadis yang menyorakinya namun tak berani mendekatinya.
Yang kemudian tak ia kira, lelaki berkaos hitam, berkacamata berdiri di hadapannya. Tak lupa sejumput senyum manis melingkupi penampilannya yang membuatnya sedikit oleng.
Jeritan gadis-gadis kini tergantikan dengan debaran jantung yang ia rasa sudah turun ke perutnya.
Satu ikat bunga peony menemani genggamannya, “I know you'll make it.”
Seungyoun terdiam, menerima bunganya dan tertawa, “Cheesy sekali, Jeon Wonwoo.” Dan ia menyimpannya baik-baik.
“Sekali ini.”
Seungyoun mengangguk, dan tersenyum.
“Anyway...” Jeon Wonwoo melangkah maju mendekatinya, “Ada satu hadiah lagi,” ia mencondongkan badan atasnya, mengusak surai kehitaman lelaki berjersey biru muda di hadapannya. Mengecup bibir plum yang berjarak sejengkal dari miliknya, “So proud of you.”
JEON F****** WONWOO MENGECUPNYA DI HADAPAN BANYAK ORANG!!!
Seungyoun rasa, kakinya seperti jelly. Ia terhuyung mundur, dengan sigap, Wonwoo menangkap pergelangan tangannya.
Kesiap suara di lapangan indoor tak ia acuhkan.
Memilih memberi Seungyoun satu kecupan lagi sebelum membiarkan lelakinya jatuh tak sadarkan diri dalam dekapan yang sudah ia fasilitasi.
.
.
.
.
“Astaga... aku tidak menyangka mereka berpasangan.” Kata seorang siswa memandang satu foto yang terpampang apik di mading sekolah keesokan harinya.
.
.
.
.
.
.
-Kkeut
maafkan aku... T_T Any krisar...?
@coffielicious