Coffielicious

Kisah ─

Nanti, kita cerita tentang hari ini

-

Tentang perjuangan di alam mimpi Tentang cita yang kan kita raih Tentang kita yang saling memiliki

Ada satu waktu dimana malamnya gelap tanpa lelap. Berguling ke kanan dan ke kiri tiada arti. Mencari distraksi yang tersembunyi di alam mimpi, tanpa ia ketahui. Namun sama sekali tak ingin mengerjabkan diri.

Nyalangnya masih terasa, napasnya kentara, juga kepala yang kepalang riuh rendah. Beranjak dari rebah, untuk sekadar meneguk satu kecap dari gelas. Kerongkongannya dingin, mendapati setetes air yang membasahi. Jemarinya ia usakkan pada surai yang kian masai. Merutuki hari yang tak sesuai ia ingini.

“Belum tidur?”

Suara berat menggetarkan gendang telinga tanpa ia sadari. Disusul ceklikan saklar, yang tadinya remang kini benderang.

“Hm,” gumamnya malas.

“Apa lagi yang lu pikirin? Rame banget itu kepala,” usaknya main-main dengan seutas jemari.

“Riuh banget, Jeon. Ga ngerti,” Maniknya ia tubrukkan pada obsidian milik lelaki yang kini di dekatnya.

“Berhenti bentar, bisa?”

Ujung ranjangnya bergoyang, mendapati satu beban yang kini bertumpu pada sumbu.

“Ga tau.”

Matanya memerah, kian menyipitkan diri seakan tak ingin ia telusupi.

Lelaki yang lebih tinggi menempatkan diri, satu sisi ranjang yang masih selalu senyap, “sini,” tepukannya terundang.

Pemilik pipi yang lebih gembil mengembangkan kedua sisi bibir ke arah yang berlawanan. Merasakan satu asa yang selalu ia jaga sejak pertemuan pertama mereka.

Menelusupkan diri diantara lengan yang tertata. Berbagi satu alas untuk menelanjangi seluruh mimpi yang mereka cita-citai. Mengunjungi alam mimpi yang selalu ingin mereka lalui dalam gandengan deriji.

“Lampunya belom dimatiin.”

“Ga papa, gue bisa tidur. Peluk aja.”

Tepukan dada, seakan bermanja. Pada asa remaja yang kini kian tak biasa.

Mereka, bersama, melalui duri di setiap seok tungkai yang akan selalu mereka tapaki di depan hari. Mereka, dalam satu titik polos pencipta rasa, bersama, menjajah riuh rendah dalam suka juga lara. Menjemput satu rindu yang selalu mereka deguk dalam peluk, di penghujung hari agar tak terpuruk. Mereka, bersama, meraih cita dan cinta dalam kepal kait jemari yang saling menyemangati. Mereka, bersama, saling memiliki untuk setiap asa.

-

Nanti, kita cerita tentang hari ini

Tentang air mata yang mengaliri Tentang raga yang letih Tentang semangat yang tak mengaburkan diri

Satu waktu yang lainnya, ketika netra tak mampu lagi membendung setetes jernih bening, ia mengalirkan diri.

Ia berdiri satu titik tumpu di sudut pintu. Bahunya retas pada satu sudut yang kian kebas. Lengannya tandas, ia lepas dalam sebatas.

Netranya menelisik jauh ke ujung ruang yang tak terhalang. Melampiaskan setiap pantul yang menjadi tolak ukur setiap tumpul. Menengadahkan diri dalam sudut yang menjumput.

Ia temukan satu titik untuk ia lirik. Segunduk raga yang bernyawa sedang tertawa gembira, serta tangis bahagia yang mampu ia cerna. Setiap langkah yang ia tapak, ia hitung dalam detak. Jiwanya buncah oleh bungah. Juga jantung yang bertalu tak tahu malu.

Ia hampiri dalam dekat yang mencekat. Satu garis kelopaknya terproyeksi sesuai dengan seulas manis dari belah bibir yang tertarik.

“Kwon! Congratulations! Akhirnya kita mendapat tempat pertama untuk panggung kali ini! Yeay!”

Soraknya terlalu kentara, jemarinya ia larikan pada ain yang memerah. Hidung yang menggembung, dan bibir yang terkulum.

Berpasang manik memancarkan asa bahagia yang membumbung membahana. Kemenangan pertama mereka setelah sekian lama. Berjanji untuk selalu bersama hingga tua.

Bersorak sorai selagi mampu. Menghabiskan waktu menggebu dalam semangat yang sama sekali tak ingin mengaburkan diri.

Jemari dengan sela saling mengisi, tatapan yang bertukar, juga cerminan senyum yang tercurahkan. Mereka kembali mengepal mimpi dalam diri untuk mereka kuasai.

-

Nanti, kita cerita tentang hari ini

Tentang asa yang masih tak berhenti Tentang kita yang berdiri Tentang tua yang kita habisi

Satu langkah mereka lalui. Memilih Italy sebagai destinasi. Menepis segala ujar benci yang mereka dapati.

Berujar janji di depan altar. Dengan balutan tuksedo yang memar. Dalam gagah juga tegar. Berpegang pada satu pagar yang tak gentar. Bergetar pada sajak yang tertukar. Menelisik hingar dalam bingar.

Mereka tautkan bibir dalam kecap. Berhadiah ruang sunyi yang senyap. Menelan segala kata yang akan terucap.

Dalam satu rindu yang mereka pupuk. Membuahkan deguk yang bertumpuk. Bertukar cerita seluk beluk.

Menghabisi waktu dengan rangkaian tari. Berdansa dalam deru hingga pagi.

“Kwon, bagaimana dengan menambah satu kucing?”

“Udah dua belas, kamu mau aku bandar kucing apa gimana?”

Menjadi kegiatan sehari-hari untuk mereka lalui. Menjahili satu, dua, tiga, dan lagi-lagi.

Memilih untuk menyingkir dari dunia yang tajam. Mengadopsi peliharaan untuk berteman.

Bercengkerama dengan suasana sore, dengan lembayung menggantung di daun are.

Menukar kasih yang masih bersisih.

Nanti, kita akan cerita tentang hari ini

Tentang aku di sini Tentang kau yang kembali Tentang kita yang abadi

Mereka masih di sana. Bertukar asa dari remaja hingga tua. Dalam perjalanan yang selalu mereka damba.

Senja menjadi penghujung mereka. Sebagai saksi kisah dua anak manusia. Menggapai mimpi bersama. Untuk kembali bersua di alam baka.

Ketika bumantara masih menyapa di langit jingga, jemari mereka bertautan untuk mengisi sela kosongnya. Lembayungnya masih biru, bertahtahkan sembilu yang kelabu.

Satu suara keras sebagai latar. Menjadi perhatian banyak orang di sekitar. Jerit pilu yang kian menderu. Terjatuh tanpa tahu malu.

Salah satu dari mereka terlelap di pundak. Menghadap sang kuasa dengan lengkap.

Satu senja Satu asa Satu cinta

Tangisan yang turun di pipi keriputnya, mengantarkan kisah cintanya pada sang Maha. Mengikhlaskan segalanya, untuk suatu saat nanti ia menyusulnya.

“Aku akan menyusulmu, dalam keabadian.”

Ia berdiri, beranjak dari pusara yang sedari tadi ia doai.

“Kwon, nanti kita akan cerita tentang hari ini.”

.

.

©coffielicious

nanti, kita cerita tentang hari ini

tentang perjuangan di alam mimpi tentang cita yang kan kita raih tentang kita yang saling memiliki

nanti, kita cerita tentang hari ini

tentang air mata yang mengaliri tentang raga yang letih tentang semangat yang tak mengaburkan diri

nanti, kita cerita tentang hari ini

tentang asa yang masih tak berhenti tentang kita yang berdiri tentang tua yang kita habisi

nanti, kita akan cerita tentang hari ini

tentang aku di sini tentang kau yang kembali tentang kita yang abadi

nanti, kita akan cerita tentang hari ini